" AsevzRianaBlog-Spot: 2012

Jumat, 27 Juli 2012

Peran Profesi Guru di Era Global


A. Latar Belakang
Kita telah memasuki suatu era yang dikenal dengan era globalisasi. Era ini dapat pula dipandang sebagai era pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Era pengetahuan merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, perubahan peran orang tua/guru/dosen, serta perubahan pola hubungan antar mereka.
Trilling dan Hood (1999) mengemukakan bahwa perhatian utama pendidikan di abad pengetahuan adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Tibalah saatnya menoleh sejenak ke arah pandangan dengan sudut yang luas mengenai peran-peran utama yang akan semakin dimainkan oleh pembelajaran dan pendidikan dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan.
Kemerosotan pendidikan di Indonesia sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti dengan kurikulum 1994, dan kini diganti lagi dengan kurikulum 2007. Apabila kita analisa, kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru (Sumargi, 1996). Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau guru Bahasa Inggris dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi, terutama dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi yang merupakan sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggungjawaban moral dan akademis. Hal ini tersirat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional mewajibkan setiap tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya (Pasal 42). Sertifikasi dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru dan dosen sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
B. Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses tersebut belum dapat digantikan oleh alat-alat elektronik apapun, masih banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Sedikitnya terdapat 19 peran guru dalam pendidikan, yaitu; 1) pendidik, 2) pengajar, 3) pembimbing, 4) pelatih, 5) penasehat, 6) pembaharu, 7) model dan teladan, pribadi, 9) peneliti, 10) mendorong kreativitas, 11) pembangkit pandangan, 12) pekerja rutin, 13) pemindah kemah, 14) pembawa cerita, 15) aktor, 16) emansipator, 17) evaluator, 18) penga-wet, dan 19) kulminator. (Pullias dan Young, Manan, Yelon dan Weinstein dalam Mulyadi (2005)). Peran-peran guru tersebut terangkum dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai alat pendidikan, sebagamana menurut Amstrong bahwa terda­pat lima kategori tugas dan tanggung jawab profesi guru sebagai alat pendidikan, yaitu; 1) tanggung jawab dalam pengajaran, 2) tanggung jawab dalam memberi bimbingan, 3) tang­gung jawab dalam mengembangkan kurikulum, 4) tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, dan 5) tanggung jawab dalam membina hubungan dalam masyarakat.
Tanggung jawab dalam pengajaran lebih menekankan tugas guru dalam merencana-kan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini, guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keteram­pilan teknis mengajar, selain menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Tanggung jawab dalam memberi bimbingan menekankan pada tugas guru dalam memberi bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab tidak hanya berkenaan dalam penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai pada siswa. Tang­gung jawab mengembangkan kurikulum menekankan pada tugas guru untuk selalu mencari ide baru dalam penyempurnaan metode pengajaran. Tanggung jawab pengembangan profesi pada dasarnya adalah tuntutan dan panggilan untuk mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Tanggung jawab dalam membina hubungan dalam masyarakat berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat.
C. Gambaran Pendidikan di Era Globalisasi
Para ahli mengatakan bahwa era globalisasi merupakan era pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Menurut Naisbit (1995) ada 10 kecenderungan besar yang akan terjadi pada pendidikan di era globalisasi yaitu; 1) dari masyarakat industri ke masyarakat informasi, 2) dari teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi, 3) dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia, 4) dari perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang, 5) dari sentralisasi ke desentralisasi, 6) dari bantuan institusional ke bantuan diri, 7) dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris, dari hierarki-hierarki ke penjaringan, 9) dari utara ke selatan, dan 10) dari pilihan biner ke pilihan majemuk. Berbagai implikasi kecenderungan tersebut berdampak terhadap dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen pendidikan, tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan. Selanjutnya Naisbitt (1995) mengemukakan ada 8 kecenderungan besar di Asia yang ikut mempengaruhi dunia yaitu; 1) dari negara bangsa ke jaringan, 2) dari tuntutan eksport ke tuntutan konsumen, 3) dari pengaruh Barat ke cara Asia, 4) dari kontrol pemerintah ke tuntutan pasar, 5) dari desa ke metropolitan, 6) dari padat karya ke teknologi canggih, 7) dari dominasi kaum pria ke munculnya kaum wanita, dan dari Barat ke Timur. Kedelapan kecenderungan itu akan mempengaruhi tata nilai dalam berbagai aspek, pola dan gaya hidup masyarakat baik di desa maupun di kota. Pada gilirannya semua itu akan mempengaruhi pola-pola pendidikan yang lebih disukai dengan tuntutan kecenderungan tersebut. Dalam hubungan dengan ini pendidikan ditantang untuk mampu menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan kecenderungan itu tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsanya.
Menurut Makagiansar (1996) memasuki era glogalisasi pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: 1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, 2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, 3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, 4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, 5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer, 6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, 7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.
Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan pada era pengetahuan adalah pendekatan campuran yaitu perpaduan antara pendekatan belajar dari guru, belajar dari siswa lain, dan belajar pada diri sendiri. Hal ini sangat jauh berbeda dengan paradigma pembelajaran di era industri. Gambaran perbedaan pembelajaran di era industri dan era globalisasi dapat dilihat pada tabel berikut ;
Era Industri
Era Globalisasi
Guru sebagai pengarah
Guru sebagai sumber pengetahuan
Belajar diarahkan oleh kurikulum
Belajar secara ketat dengan waktu yang terbatas
Berdasarkan pada fakta
Bersifat teoritik, prinsip – prinsip dan survei
Mengikuti norma
Komputer sebagai subyek belajar
Presentasi dengan media statis
Komunikasi sebatas ruang kelas
Tes diukur dengan norma
Guru sebagai fasilitator
Guru sebagai kawan belajar
Belajar diarahkan oleh siswakulum.
Belajar secara terbuka, ketat dengan waktu fleksibel sesuai keperluan
Berdasarkan proyek dan masalah
Dunia nyata, dan refleksi prinsip dan survei
Penyelidikan dan perancangan
Penemuan dan penciptaan
Kolaboratif
Berfokus pada masyarakat
Hasilnya terbuka
Keanekaragaman yang kreatif
Komputer sebagai media belajar
Interaksi multi media yang dinamis
Komunikasi tidak terbatas
Unjuk kerja diukur oleh pakar, penase­hat, kawan sebaya dan diri sendiri.

Berdasarkan tabel perbedaan pembelajaran di era industri dan era globalisasi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa; 1) Pada era industri banyak dijumpai belajar melalui fakta, drill dan praktek, dan menggunakan aturan dan prosedur-prosedur. Sedangkan di era globalisasi menginginkan paradigma belajar melalui proyek-proyek dan permasalahan-permasalahan, inkuiri dan desain, menemukan dan penciptaan. 2) Betapa sulitnya mencapai reformasi yang sistemik, karena bila paradigma lama masih dominan, dampak reformasi cenderung akan ditelan oleh pengaruh paradigma lama. 3) Meskipun telah dinyatakan sebagai polaritas, perbedaan praktik pembelajaran era globalisasi dan era industri dianggap sebagai suatu kontinum. Meskipun sekarang dimungkinkan memandang banyak contoh praktek di era industri yang “murni” dan jauh lebih sedikit contoh lingkungan pembelajaran di era global-isasi yang “murni”, besar kemungkinannya menemukan metode persilangan perpaduan antara metode di era globalisasi dan metode di era industri. Perlu diingat dalam melakukan reformasi pembelajaran, metode lama tidak sepenuhnya hilang, namun hanya digunakan kurang lebih jarang dibanding metode-metode baru. 4) Praktek pembelajaran di era globalisasi lebih sesuai dengan teori belajar modern. Melalui penggunaan prinsip – prinsip belajar berorientasi pada proyek dan permasalahan sampai aktivitas kolaboratif dan difokuskan pada masyarakat, bela­jar kontekstual yang didasarkan pada dunia nyata dalam konteks pada peningkatan perhatian pada tindakan-tindakan atas dorongan pembelajar sendiri. 5) Pada era globalisasi praktek pembelajaran tergantung pada piranti-piranti pengetahuan modern yakni komputer dan tele-komunikasi, namun sebagian besar karakteristik era globalisasi bisa dicapai tanpa memanfaat-kan piranti modern. Meskipun teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan katalis yang penting yang membawa guru pada metode belajar era globalisasi, tetapi yang membeda­kan metode tersebut adalah pelaksanaan hasilnya bukan alatnya.

D. Kompetensi Guru di Era Globalisasi
Berdasarkan gambaran pendidikan di era globalisasi terlihat bahwa pendidikan di era tersebut menuntut adanya manajemen pendidikan yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin. Paradigma baru pembelajaran pada era globalisasi memberikan tantangan yang besar bagi guru. Pada era tersebut dalam melaksanakan profesinya, guru dituntut lebih meningkatkan profesionalitasnya.
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahu-an atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemuka-kan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Menurut Arifin, guru yang profesional dipersyaratkan mempunyai; 1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengeta­huan di era globalisasi, 2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendi-dikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia, 3) pengem-bangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang ber-kembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru yang profesional di era globalisasi, yaitu; 1) memiliki kepribadi-an yang matang dan berkembang, 2) penguasaan ilmu yang kuat, 3) keterampilan untuk mem-bangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi, dan 4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru tersebut terpenuhi, akan melahirkan profil guru yang kreatif dan dinamis yang dibutuhkan pada era globalisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1999), bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang inovatif. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator. Berdasarkan pendapat Semiawan tersebut tampak bahwa sikap profesionalisme guru di era globalisasi merupakan kompetensi guru di era globalisasi.

E. Uji Kompetensi Guru
Rendahnya profesionalisme guru di Indonesia perlu menjadi perhatian secara khusus, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, me­lainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era globalisasi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tan­tangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan ke­terampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan gene­rasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap ek­sis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional.
Akadum (1999) menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan be­berapa pihak terutama pengambil kebijakan, yaitu 1) profesi keguruan kurang menjamin ke­sejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya, 2) profe­sionalisme guru masih rendah.
Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru disebabkan oleh antara lain; 1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkat­kan diri tidak ada, 2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju, 3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan, 4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru, diantaranya melalui program sertifikasi. Program sertifikasi dilakukan dengan memberikan uji kompetensi guru. Menurut Mulyadi (2005) uji kompetensi guru memiliki manfaat yang sangat penting, yaitu; 1) alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru, 2) alat seleksi penerimaan guru, 3) alat untuk pengelompokan guru, 4) bahan acuan dalam pengem-bangan kurikulum, 5) alat pembinaan guru, dan 6) pendorong kegiatan dan hasil belajar.
Materi uji kompetensi guru dijabarkan dari kriteria profesional. Kriteria profesional jabatan guru mencakup fisik, kepribadian, keilmuan, dan ketrampilan. Kriteria profesional tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Kemampuan kepribadian
Kemampuan kepribadian mencakup beriman dan bertakwa, berwawasan pancasila, mandiri penuh tanggung jawab, berwibawa, berdisiplin, berdedikasi, bersosialisasi dengan masyarakat, dan mencintai peserta didik, serta kepedulian terhadap pendidikan.
2. Kemampuan mengajar
Kemampuan mengajar mencakup penguasaan ilmu pendidikan dan keguruan, penguasaan kurikulum, penguasaan didaktik metodik, penguasaaan pengelolaan kelas, pelaksanaan monitoring, dan evaluasi peserta didik, serta pengembangan dan aktualisasai diri.
3. Keterampilan mengajar
Keterampilan mengajar mencakup keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengada-kan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelom-pok, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dari upaya sertifikasi yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Tidak heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara ketiga. Di Indonesia telah mengalami hal ini tetapi ketika jaman kolonial Belanda. Setelah memasuki jaman orde baru semua ber ubah sehingga kini dampaknya terasa, profesi guru menduduki urutan terbawah dari urutan profesi lainnya seperti dokter, jaksa, dll.
F. Kesimpulan
Peranan guru dalam pendidikan terletak pada tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan profesinya sebagai alat pendidikan. Tugas dan tanggung jawab tersebut ber­kaitan erat dengan kemampuan dasar yang disyaratkan untuk memangku jabatan profesi. Ke­mampuan dasar itu adalah kompetensi guru, yang merupakan profesionalisme guru dalam melaksanakan profesinya.
Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme menekan-kan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Paradigma baru pembelajaran pada era globalisasi memberikan tantangan yang besar bagi guru untuk lebih meningkatkan profesionalitasnya. Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada tataran kematangan yang mempersyaratkan keinginan dan kemampuan, baik secara intelektual maupun kondisi fisik yang prima. Dengan demikian diperlukan alat untuk melahirkan profil guru yang dibutuhkan pada era globalisasi. Alat ukur tersebut adalah sertifikasi kompetensi guru melalui uji kompetensi yang mencakup kepribadian, kemampuan mengajar, dan keterampilan mengajar. Uji kompetensi guru ini perlu dilakukan secara kontinu untuk mengetahui perkembangan profesionalisme guru. Dengan demikian hasil uji kompetensi guru tersebut dapat digunakan setiap saat, baik untuk kenaikan jabatan, penempatan, maupun pemberian penghargaan bagi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online) http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd.

Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang, 25-26 Juli 2001.

Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24.
Hamalik, O. 2006. Pendidikan Guru (Berdasarkan Kompetensi). Bumi Aksara. Jakarta.
Hasan, A.M. 2003. Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan. http://artikel.us/amhasan.html
Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of Singapore.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia.

Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara pembaharuan.com/News/1998/08/230898, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2.

Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.



Banshee



Ketemu lagi ya bro, kali ini kita nggak membahas tentang time traveller, nggak papakan yang pasti biar nggak bosan maksudnya. Nah sekarang bagaimana kalau saya menulis artikel tentang sosok roh-roh misterius yang katanya sih suka banget bernyanyi, kalian penasaran? Kalau begitu baiklah kita langsung aja ya.


Banshee dalam dunia modern sering hadir dengan sosok menyeramkan seperti roh gentayangan dan hantu ganas lainnya.Penggambaran yang begitu menyeramkan dan spooky ini ternyata disebabkan oleh legenda dari negara Irlandia atau Skotlandia yang menyebutkan para Banshee berasal dari roh wanita yang gentayangan karena dibunuh, atau wanita yang meninggal saat melahirkan kalau diibaratkan seperti kuntilanak jika di Indonesia.Tapi penggambaran ini sangat bertolak belakang dengan sejarah mengenai peran mereka yang sebetulnya jauh dari sifat sadis. 

Kata Banshee sendiri disinyalir berasal dari bahasa Irlandia yaitu “bean sidhe” atau bean si,yang mempunyai arti "wanita dari dunia peri". Sedangkan dalam bahasa Scottish Gaelic,Banshee memiliki artian sebagai people of peace atau "orang-orang yang membawa kedamaian"

Dalam mitologi Irlandia, Banshee dikenal sebagai roh wanita yang menandakan bahwa kematian sudah dekat. Oleh karena itu makhluk tersebut juga terkenal dengan julukan pengantar pesan kematian. 

Beberapa theolopist dan penganut Celtic Christians bahkan percaya bahwa sosok Banshee adalah para “malaikat” yang jatuh dan terjebak di bumi. Tetapi yang menyebabkan Banshee dimunculkan sebagai sosok yang menakutkan mungkin ada kaitannya dengan perannya sebagai “dewi kematian’

Banyak ragam cerita yang memaparkan cara Banshee memberitakan kematian. Contoh yang paling sederhana adalah jika sesosok Banshee muncul di sebuah rumah seseorang maka salah seorang anggota keluarga di rumah tersebut diyakini akan meninggal dunia. Namun ada juga kepercayaan bahwa para Banshee memberi pertanda kematian dengan menyanyikan lagu berisi lirik-lirik kematian sendu pada keluarga tersebut, entah dinyanyikan oleh dia sendiri atau merasuk anggota keluarga berjenis kelamin wanita. 
Makhluk ini dipercaya memiliki kaitan erat dengan beberapa keluarga bangsawan Irlandia seperti O’Gradys, O’Neills, O’Briens, O’Connors serta Kavanagh. Jika ada anggota keluarga tersebut yang pergi jauh untuk suatu tugas atau berperang lalu meninggal, maka Banshee tersebut bakal memberitahu anggota keluarganya dengan menyanyikan lagu duka disekitar rumah. 


Biasanya mereka bernyanyi tepat pada saat orang itu meninggal, bahkan sebelum berita kematian dibuat dan disampaikan pihak berwenang. Jika sekelompok Banshee muncul secara bersamaan maka hal itu menandakan orang yang meninggal adalah pahlawan hebat atau orang suci. 

Uniknya nyanyian Banshee bakal berbeda-beda tergantung dari hubungan sang Banshee dengan orang yang meninggal atau keluarganya. 

Bila memiliki hubungan baik maka ia menyanyikan lagu bernada lembut untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan. 
Tapi jika tidak menyukai keluarga atau orang yang meninggal tersebut, nyanyiannya (meski tetap sendu) terdengar bernada keras dan menyeramkan. Bahkan konon sang Banshee akan mengabarkan kematian orang yang tidak disukainya lewat jeritan yang mengerikan!! 

Ada juga kisah yang menyebutkan bahwa apabila seseorang meninggal akibat perang atau pertumpahan darah, selain menyanyi lagu maka Banshee akan muncul di sungai terdekat rumah anggota keluarga dari orang yang meninggal sambil mencuci jubah atau bajunya yang berlumuran darah. Menurut legendanya, apabila kita berpapasan dengan Banshee yang sedang membasuh baju kemudian menyapanya dengan sangat ramah maka kita akan mendapatkan kepercayaan mereka. 

Dengan begitu maka ia bakal memberitahu nama anggota keluarga yang akan meninggal nanti, maupun mengabulkan satu permohonan kita. Namun tidak mudah menyenangkan para Banshee karena mereka hanya menyukai orang-orang pintar, khususnya yang piawai dalam bermusik dan berpuisi. 

Terdapat beberapa versi cerita mengenai penampakan Banshee; kadang ia menampakan diri sebagai seorang wanita tua namun tidak jarang ia juga menjelma sebagai seorang wanita cantik. Biasanya ia muncul dengan mengenakan pakaian putih atau abu-abu dengan rambut yang panjang dan indah. Dalam berbagai mitos dijelaskan bahwa para Banshee sangat menyukai rambut mereka yang indah dan rajin menyisir rambutnya dengan sisir perak yang indah. 

Dalam dongeng tradisional Irlandia dipaparkan bahwa jika kita menemukan sisir yang nampak mahal dan indah tergelatak di jalan maupun di Ireland, kita dianjurkan untuk tidak boleh menyentuhnya apalagi untuk mengambilnya.
Pasalnya sisir yang tergeletak tersebut dipercaya disimpan secara sengaja oleh mereka, dan orang yang mengambilnya bakal dijahili atau diganggu terus oleh para Banshee. Meski tidak disebutkan bahwa gangguan mereka dapat berakibat fatal namun mereka bisa menyesatkan kita sehingga tidak dapat menemukan jalan untuk pulang. 


Sebagai bukti Banshee bukanlah sekedar isapan jepol atau imajinasi orang-orang Irlandia, sampai saat ini masyarakat Irlandia memiliki beberapa tempat khusus yang dipercaya sebagai tempat tinggal para Banshee. Misalnya sebuah kuil yang terletak di istana Dunluce yang dipercaya menjadi tempat tinggal Banshee yang terikat dengan keluarga O’Donnels. 

Keluarga O’Neills bahkan punya nama untuk Banshee mereka yaitu Maeveen. Ketika ada keluarga O’Neills yang meninggal, dikabarkan bahwa Maeveen akan muncul di kastil O’Neill dengan wujud seorang wanita tua dengan gaun putih yang sangat panjang. Bukti penampakkan Banshee tercatat di Dublin pada tanggal 6 Agustus 1801, ketika Lord Rossmore sebagai pimpinan pasukan militer Inggris di Irlandia meninggal. 

Sahabatnya yaitu Sir Jonah Barrington terbangun karena mendengar nyanyian yang berasal dari luar jendela. Setengah jam kemudian ia kembali mendengarkan suara lembut yang menyebut nama Rossmore sebanyak tiga kali,dan tepat pada saat itulah Lord Rossmore meninggal!! 


Karena peristiwa itu Sir Jonah Baringgton menyatakan bahwa kejadian tersebut sebagai pengalaman yang mengerikan dalam hidupnya. Dan untuk para staff di kediaman Rossmore, kejadian tersebut adalah bukti keberadaan Banshee.

Bagaimana bro, pengen dinyanyiin Banshee?

The Flying Dutchman




Salam jumpa bro,gimana kabarnya baek ya, seep, nah sekarang aku mau nulis cerita legenda yang cukup mendunia dan sering menjadi inspirasi buat pembuatan film-film box ofice apa lagi kalau kalau bukan Legenda Kapal Hantu Flying Dutchman.okey bro baeknya kita langsung aja mengarungi ceritanya ya.

Kisah Kapal Hantu Flying Dutchman ini merupakan salah satu kisah yang sangat terkenal dan telah melegenda di seluruh dunia . Sudah banyak buku ditulis dengan mengangkat cerita legenda ini, bahkan dalam film Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest (2006) dan Pirates of the Caribbean: At World’s End (2007) kapal hantu ini juga ikut dimunculkan.


Tapi, entah nyata atau tidaknya kisah ini namun banyak orang juga belum tahu, atau mungkin masih sama dengan legenda-legenda lainnya yang dianggap hanya sebatas cerita karangan/dongeng turun-temurun.
Menurut cerita rakyat, The Flying Dutchman adalah kapal hantu yang tidak akan pernah bisa berlabuh, tetapi harus mengarungi “tujuh lautan” selamanya. Flying Dutchman selalu terlihat dari kejauhan, kadang-kadang disinari dengan sorot cahaya redup. 

Banyak versi dari cerita ini. Menurut beberapa sumber, Legenda ini berasal dari Belanda, sementara itu yang lain mengclaim bahwa itu berasal dari sandiwara Inggris The Flying Dutchman (1826) oleh Edward Fitzball dan novel “The Phantom Ship” (1837) oleh Frederick Marryat, kemudian di adaptasi ke cerita Belanda “Het Vliegend Schip” (The Flying Ship) oleh pastor Belanda A.H.C. Römer. Versi lainnya termasuk opera oleh Richard Wagner (1841) dan “The Flying Dutchman on Tappan Sea” oleh Washington Irving (1855).
 
Beberapa sumber terpercaya menyebutkan bahwa pada abad 17 seorang kapten Belanda bernama Bernard Fokke (versi lain menyebut kapten “Ramhout Van Dam” atau “Van der Decken”) mengarungi lautan dari Holland ke pulau Jawa dengan kecepatan luar biasa. Ia dicurigai meminta bantuan iblis untuk mencapai kecepatan tadi. 

Namun ditengah pelayarannya menuju Cape of God Hope tiba-tiba cuaca buruk, sehingga kapal oleng. Lalu seorang awak kapal meminta supaya pelayaran dihentikan . Tetapi sang kapten tidak mau, lalu dia berkata “aku bersumpah tidak akan mundur dan akan terus menembus badai untuk mencapai kota tujuanku, atau aku beserta semua awak kapalku akan terkutuk selamanya” Tiba -tiba badai menghantam kapal itu sehingga mereka kalah melawan alam. 


Dan terkutuklah selama-lamanya Sang Kapten bersama para anak kapalnya itu menjadi jasad hidup dan berlayar di tujuh lautan untuk selama-lamanya. Konon, Kapal tersebut dikutuk untuk melayari 7 samudera sampai akhir zaman. lalu cerita itu menyebar sangat cepat ke seluruh dunia.

Sumber lain juga menyebutkan munculnya penyakit berbahaya di kalangan awak kapal sehingga mereka tidak diijinkan untuk berlabuh dipelabuhan manapun . Sejak itu, kapal dan awaknya dihukum untuk selalu berlayar, tidak pernah berlabuh ataupun menepi. Menurut beberapa versi, ini terjadi pada tahun 1641, yang lain menebak tahun 1680 atau 1729. 


Terneuzen (Belanda) disebut sebagai rumah sang legenda Flying Dutchman, Van der Decken, seorang kapten yang mengutuk Tuhan dan telah dihukum untuk mengarungi lautan selamanya, telah diceritakan dalam novel karya Frederick Marryat – The Phantom Ship dan Richard Wagner opera. 


Banyak saksi yang mengaku telah melihat kapal hantu ini. Pada tahun 1939 kapal ini terlihat di Mulkzenberg. Pada tahun 1941 seklompok orang di pantai Glencairn menyaksikan kapal berlayar yang tiba – tiba lenyap ketika akan menubruk batu karang. 

Penampakan The Flying Dutchman kembali terlihat oleh awak kapal laut militer M.H.S Jubilee di dekat Cape Town di bulan agustus 1942. Bahkan ada suatu catatan kisah tentang pelayaran Christoper Columbus, waktu itu awak kapal Columbus melihat kapal terkatung katung dengan layar mengembang. setelah itu awak yang pertama melihat langsung tewas seketika.


Mitos akhir-akhir ini juga mengisahkan apabila suatu kapal modern melihat kapal hantu ini dan awak kapal modern memberi signal, maka kapal modern itu akan tenggelam dan juga akan celaka. Bagi seorang pelaut, pertemuan yang tak diduga dengan kapal hantu The Flying Dutchman akan mendatangkan bahaya bagi mereka dan konon, ada suatu cara untuk mengelak dari kemungkinan berpapasan dengan kapal hantu tersebut, yakni dengan memasangkan tapal kuda di tiang layar kapal mereka sebagai perlindungan. 


Selama berabad – abad, legenda The Flying Dutchman menjadi sumber inspirasi para sastrawan dan novelis. Sejak tahun 1826 Edward Fitzball telah menulis novel The Pantom Ship (1837) yang diangkat dari pengalaman bertemu dengan kapal seram ini. Banyak pujangga terkenal seperti Washington Irving dan Sir Walter Scott juga tertarik mengangkat legenda ini.

Istilah Flying Dutchman juga dipakai untuk julukan beberapa atlet sepakbola, terutama para pemain ternama asal Belanda. Ironisnya, bintang veteran negeri Orange, Dennis Bergkamp justru dikenal sebagai orang yang phobia atau takut untuk terbang, sehingga ia dijuluki The Non-Flying Dutchman. 


Beberapa Laporan Penampakan The Flysing Dutchman yang sempat didokumentasikan :


1823 : Kapten Oweb , HMS Leven mengisahkan telah dua kali melihat sebuah kapal kosong terombang ambing ditengah lautan dari kejauhan , namun dalam sekejap mata kapal tersebut kemudian menghilang.

1835 : Dikisahkan pada tahun itu , sebuah kapal berbendera Inggris yang terkepung oleh badai ditengah samudera, didatangi oleh sebuah kapal asing yang disebut-sebut sebagai Kapal Hantu The Flying Dutchman , kemudian secara tiba-tiba kapal asing tersebut mendekat dan seakan-akan ingin menabrak kapal mereka , namun anehnya sebelum keduanya saling berbenturan kapal asing tersebut kemudian lenyap seketika.

1881 : Tiga orang anak kapal HMS Bacchante termasuk King George V telah melihat sebuat kapal tak berawak yang berlayar menentang arus kapal mereka. Keesokan harinya , salah seorang daripada mereka ditemui mati dalam keadaan yang mengerikan.

1879 : Anak kapal SS Pretoria juga mengaku pernah melihat kapal hantu tersebut.

1939 : kapal ini terlihat di Mulkzenberg , beberapa orang yang menyaksikannya terkejut kerana kapal usang tersebut tiba-tiba menghilang.

1941 : Beberapa saksi mata dipantai Glencairn melaporkan sebuah kapal usang yang menabrak batu karang dan terpecah belah , namun setelah dilakukan penyelidikan di TKP , tidak ada tanda-tanda dari bangkai kapal tersebut.

1942 : Empat orang saksi telah melihat sebuah kapal kosong memasuki perairan Table Bay kemudian menghilang.Seorang pegawai telah mendokumentasikan penemuan tersebut di dalam catatan hariannya.

1942 : Penampakan The Flying Dutchman kembali terlihat oleh awak kapal laut militer M.H.S Jubilee di dekat Cape Town di bulan agustus 1942.

1959 : Awak kapal Straat Magelhaen kembali melaporakan melihat sebuah kapal misterius yang terombang-ambing ditengah lautan dalam keadaan kosong dengan teleskopnya.


Jadi Menurut cerita dongeng nya tuh bro, The Flying Dutchman adalah kapal hantu yang tidak akan pernah bisa berlabuh, tetapi harus terus mengarungi "tujuh lautan" selamanya. Flying Dutchman selalu terlihat dari jauh, kadang-kadang disinari dengan cahaya hantu.


Gimana bro, masih penasaran sama the flying dutchman, kalau masih coba aja deh nyemplung kelaut bebas, siapa tau bisa ketemu....hehe.

Jack The Ripper



Salam jumpa bro, sekarang saya mau menulis tentang misteri pembunuhan yang sampai sekarang belum bisa di ungkap meskipun banyak spekulasi-spekulasi bermunculan, gimana bro kita langsung aja ya ke TKP. Cekidot.

Sebenarnya kasus-kasus pembunuhan (serial murder) yang dilakukan oleh Jack the Ripper , hampir tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sejarah serial murder yang pernah ada seperti Elizabeth Bathory. Namun, yang membuat kasusnya menjadi sangat populer adalah karena adanya suasana mistis yang meliputi kasus ini. 
Gambaran bahwa seorang berjubah hitam yang muncul dari kabut, mencabut nyawa korbannya dengan cepat lalu menghilang di kegelapan. Dan dia tak pernah tertangkap atau terungkap.

Pada saat kasus itu muncul,sebenarnya nama Jack The Ripper bahkan belum ada. Namun di karenakan media dan kepolisian banyak menerima surat dari masyarakat pada waktu itu. Di antaranya ada yang mencoba memberi saran, ada yang mencoba memberi tahu identitas pelaku dan sebagainya. Hingga suatu hari ada surat yang berasal dari seseorang yang mengaku sebagai pelaku dari semua rentetan kasus pembunuhan sadis tersebut.

Awalnya surat tersebut tidak diperhatikan sama sekali, karena memang mereka telah menerima banyak surat seperti itu sebelumnya. Namun tak lama kemudian muncul lagi satu surat yang dianggap dari orang yang sama (karena gaya tulisan, bentuk tulisan dan sebagainya) dan dibawahnya juga tertulis nama Jack The Ripper.

Sejak saat itu, polisi, media dan masyarakat menyebut pelaku kasus itu dengan nama Jack The Ripper. Salah satu kalimat dalam surat itu adalah "They say I'm a doctor...hahahaha....".
 
Alasan kenapa kepolisan mulai mempercayai surat itu adalah karena Jack menyatakan akan mengirimkan potongan telinga salah satu korbannya. Salah seorang korban yang ditemukan polisi memang kehilangan telinganya. 
Namun setelah beberapa waktu ditunggu kiriman tersebut tidak pernah ada.

Yang ada berikutnya adalah kiriman selembar surat serta potongan ginjal manusia
yang telah diformalin. Surat itu tidak lagi ditulis dengan nama pengirim Jack the ripper, tapi 'From Hell' ( gambar 2). Dan dari kata inilah judul film From Hell diambil. 

Jadi apakah surat ketiga ini memang dari orang yang sama atau orang lain?


Kenyataannya juga tak pernah terungkap. Fakta-fakta seperti inilah yang akhirnya membuat Jack The Ripper menjadi legenda. Sepanjang sejarahnya, hingga genaplah tempo 122 tahun tragedi terjadinya salah satu kasus pembunuhan berantai paling mengerikan dalam sejarah yang dilakukan oleh seorang "devil" yang dijuluki Jack The Ripper di bagian Timur London, England.

Sepanjang tempo lebih dari satu abad tersebut, misteri yang menyelubungi kasus pembunuhan brutal itu masih menjadi sebuah tanda tanya yang belum berhasil terjawab. Meskipun kita tahu ada banyak spekulasi-spekulasi yang menyatakan identitas tersangka namun semua itu kembali hanya dugaan-dugaan saja dan tetap tidak dapat memecahkan misteri pelaku yang sebenarnya.

Ada beberapa sebab yang menjadikan "Jack The Ripper" dijuluki sebagai lagenda kejahatan dalam sejarah , yaitu selain sang pelakunya yang masih misterius hingga saat ini , corak kejahatan yang dilakukannya juga sangat mengerikan dan brutal!! korban-korbannya disembelih, ditikam, tubuh dibelah dan organ-organ dalamnya dikeluarkan.

Tapi, bagaimanapun juga kekejaman dan misteri pembunuhannya menjadikan kasus pembunuhan berantai ini sangat populer hingga sekarang. Banyak pertanyaan bermunculan dari kasus tersebut.
Siapakah pembunuh berantai dibalik julukan "Jack The Ripper" itu? dan mengapa ia hanya membunuh selama tiga bulan serta lima mangsa saja? Mengapa semua korbannya adalah pelacur? Apa tujuannya membunuh dengan kejam serta mengapa dia akhirnya menghentikan kegiatan itu?.

Tidak banyak petunjuk konkrit yang didapatkan untuk menelusuri jejak sang pembunuh .

Jack the Ripper digambarkan sangat mahir "memainkan" pisau-pisau mematikannya, mempunyai pengetahuan anatomi tubuh manusia yang cukup baik, serta penguasaan teknik membedah dan memotong bagian-bagian tubuh manusia dengan sangat sempurna.
Yang bisa dikatakan lebih hebat lagi , semua pembataian itu ia lakukan ditengah
gelapnya malam , boleh dibilang tanpa penerangan yang cukup .


Segala misteri itu bermula pada tanggal 31 Agustus 1888 . Sekitar pukul 4.00
dini hari waktu setempat , seorang penduduk menemui mangsa pertama sang "devil" yaitu Mary Ann Nichols, 42, di Whitechapel, East End.

Mayat wanita malang itu ditemukan oleh seorang penduduk setempat dalam keadaan tewas mengenaskan Bahkan beberapa polisi yang datang ke TKP juga cukup tekejut ketika melihat kondisi mayat. Dokter yang memeriksa mayat tersebut mendapati sebagian tubuhnya masih panas , ini menunjukkan mungkin wanita ini dibunuh kurang lebih sekitar setengah jam sebelum jasadnya ditemukan.

Terdapat kesan sayatan benda runcing pada rahang kiri korban , selain itu diperkirakan perutnya juga dibelah menggunakan pisau panjang bergerigi , serta terdapat banyak luka tikaman pada beberapa bagian tubuh yang lain. Polisi tidak banyak memiliki petunjuk mengenai kasus pembunuhan ini , kerana tidak ada saksi yang melihat atau mendengar suara teriakan korban pada malam kejadian.
Selain itu tidak ditemui juga ada-nya senjata tajam yang ditinggalkan sang pelaku di TKP.


Pada 6 Agustus 1888 sebelum kasus pembunuhan Mary, seorang pelacur lainnya, Martha Tabram, 39, ditemui tewas di George Yard dengan luka tikaman benda tajam sebanyak 39 kali pada leher dan bagian kemaluan. 

Dari hasil autopsi terhadap jasad wanita itu , didapati leher sang korban turut digorok dan perutnya dibelah. Beberapa pihak berpendapat , pembunuhan Martha merupakan salah satu "hasil karya" Jack The Ripper. Sehingga banyak spekulasi mengatakan bahwa Martha merupakan korban pertama dari rentetan kasus pembunuhan berantai ini.

Delapan hari selepas kematian Mary , penduduk Whitechapel kembali di-gemparkan oleh penemuan sesosok mayat wanita. kali ini menimpa seorang pelacur, Annie Chapman , ia juga ditemukan telah tewas dalam keadaan sangat mengenaskan.

Ahli bedah forensik mengatakan bahwa Annie tewas dua jam sebelum jasadnya ditemukan.
Mereka juga mendapati sebagian kulit perut Annie dibedah , tulang rusuknya dipotong-potong , isi perut dan organ-organ seperti jantung dikeluarkan dan diletakkan di bahu sang korban. Yang lebih mengerikan lagi , sebagian kemaluannya juga dipotong!! 


Beberapa saksi mengatakan melihat Annie sedang bercengkrama dengan seorang lelaki yang memiliki ciri-ciri berkulit gelap, memakai topi pemburu rusa dan berjubah hitam pada lewat tengah malam jam 5.30 pagi. Keterangan para saksi tersebut yang turut merujuk kepada "orang asing", membuat polisi menyimpulkan pembunuh adalah pendatang Yahudi dan menimbulkan sentimen di kalangan pendatang dengan penduduk pribumi.

Seorang Yahudi, John Pizer yang dikenali sebagai seorang berkelakuan aneh turut ditahan karena laporan masyarakat , namun ahirnya ia dibebaskan karena ia tak terbukti bersalah dan tidak terkait dengan kasus pembunuhan tersebut.

Mangsa ketiga dan keempat Jack the Ripper ditemukan pada hari yang sama yaitu 30 September 1988. Kali ini korbannya adalah Elizabeth Stride, 45.
Ia ditemui tewas berlumuran darah di Dutfield Yard kira-kira pukul 1.00 pagi dengan bekas cekikan dileher dan disinyalir ia mati kurang lebih 30 menit sebelum jasadnya ditemukan.

Pada malam itu pula, polisi sekali lagi dikejutkan dengan penemuan mayat yang juga ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan , kira-kira 1.6 kilometer dari lokasi penemuan mayat Elizabeth.
Korban kedua di hari itu adalah Catherine Eddowes, 46. Ia juga ditemukan dalam keadaan tewas berlumuran darah , ada bekas cekikan di lehernya, tubuhnya dibelah dari dada sampai selangkangan dan isi perutnya terburai keluar.
Tidak ketinggalan rahimnya juga ikut dipotong dan dikeluarkan, mukanya hancur karena dikuliti, kelopak mata kanannya dicungkil , hidung dan telinganya hampir putus.

Korban tewas kurang 30 menit sebelum ditemukan. Di TKP , Polisi menemukan sehelai syal/selendang milik sang korban yang berlumuran darah dan didekat-nya terdapat tulisan kapur pada dinding yang berbunyi:

"The Juwes are The men That Will not be Blamed For nothing" (Yahudi adalah pihak yang tidak akan bisa disalahkan tanpa sebab).

Dari sinilah Polisi bisa mengambil kesimpulan , bahwa seorang Yahudi-lah yangada dibalik kasus pembunuhan berantai legendaris ini.

Sedangkan korban kelima diketahui bernama Mary Jane Kelly . "Ginger" , nama panggilan M.J.Kelly , juga ditemukan dengan kondisi yang sama mengerikannya dengan korban-korban lainnya. 
Jasadnya ditemukan pada 9 September 1888 , dikamar sewaannya yang berlokasi di Miller's Court, off Dorset Street, Spitalfields.

                              Korban-korban Keganasan Jack The Ripper

Beberapa dugaan-dugaan tentang sosok Jack the Ripper :


Jack The Ripper diduga memiliki kebencian sekaligus rasa takut terhadap wanita yang mendalam, dan itu juga menjelaskan kenapa dia "berkata" telah membawa pulang "rahim" wanita untuk disimpan (setengahnya "katanya" dia makan dan setengahnya dia kirim ke polisi lewat suratnya "The Hell"). 

Sesuatu yang wanita punya dan laki2 tidak. Selain itu dia juga membuat korbannya netral (tidak berkelamin) dengan memotong bagian-bagian tertentu yang membuat korbannya tidak dikenali lagi sebagai wanita. Juga, dia "berkata" telah membawa pulang ginjal dan telinga korbannya.

Mengetahui jika korbannya selalu seorang pelacur, mungkin dia semacam mempunyai dendam pribadi terhadap pelacur. Mungkin dia pernah disakiti/ditinggalkan orang yang begitu disayanginya untuk bekerja sebagai WTS (note: 95% wanita di East End meninggalkan keluarga dan anak-anaknya untuk bekerja sebagai WTS karena ekonomi yang benar-benar parah  pada waktu itu di tengah-tengah ibukota Inggris). 

Mungkin ibunya yang ingin dia bunuh dan mencari orang yang sama pekerjaannya dengan ibunya?

Ada juga dugaan kalau pelaku adalah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan kedokteran spesialisasi di bidang operasi bedah karena sayatan-sayatan di tubuh korbannya sangat rapi yang hanya bisa dilakukan menggunakan alat-alat operasi kedokteran yang membutuhkan keahlian khusus. 

Hal ini di bantah oleh komunitas kedokteran yang mengatakan tidak harus seorang dokter untuk melakukan hal seperti itu, seorang tukang jagal ,tukang cukur juga dapat melakukan hal tersebut asalkan memiliki keahlian di bidang anatomi manusia.


Identitas Jack the Ripper sampai hari ini masih merupakan misteri;

Para spekulan memprediksi bahwa Jack the Ripper telah menyebrangi Laut Atlantik dan bermukim di AS setelah pembunuhan-pembunuhan tersebut.

Apakah kamu percaya bro?